Cerita Ersal FM dimulai dari sekumpulan anak muda Desa Luworo yang punya mimpi sederhana: punya radio sendiri. Radio yang isinya bukan cuma musik, tapi juga cerita-cerita kita, info harga cabai di pasar, pengumuman hajatan tetangga, sampai curhat petani soal musim tanam.
Tahun 2015, beberapa pemuda desa yang sering nongkrong di warung kopi mulai ngobrolin ide bikin radio. Bukan karena punya duit banyak atau bisa broadcast profesional. Murni karena pengen desa kita punya identitas sendiri, punya suara sendiri.
Modal pas-pasan, peralatan seadanya, bahkan studionya ya rumah salah satu pendiri. Tapi semangat luar biasa. Akhirnya 2016, dengan izin dari RT/RW dan dukungan kepala desa, kita mulai siaran perdana di 102.3 FM.
Deg-degan banget. Siaran cuma 4 jam sehari, dari jam 6 pagi sampai jam 10 pagi. Penyiarnya? Ya kita sendiri yang ngomongnya masih gugup. Tapi warga seneng, ada yang dengerin sambil ke sawah, sambil buka warung, sambil antar anak sekolah.
Warga mulai kirim salam, request lagu, bahkan ada yang nawarin jadi sponsor buat beli peralatan. Perlahan siaran kita tambah panjang. Mulai ada program khusus kayak "Info Pasar Pagi" yang bacain harga sayuran, "Ngaji Sore" bareng pak ustad, sama "Curhat Malam" yang jadi favorit.
Yang bikin kita bangga: Tahun 2018, waktu ada bencana banjir di kecamatan sebelah, Ersal FM jadi pusat informasi. Kita koordinasi bantuan, update kondisi jalan, bahkan bantuin nyari orang yang kehilangan kontak. Dari situ kita sadar, radio komunitas itu penting banget.
Anak-anak muda mulai ngajarin kita streaming online. Jadilah Ersal FM bisa didengar lewat HP. Tiba-tiba ada yang dengerin dari Surabaya, Jakarta, bahkan yang merantau ke luar negeri. Mereka bilang kangen sama suasana kampung.
Masa sulit. Tapi justru di sini radio komunitas jadi sangat dibutuhkan. Kita bantu sosialisasi protokol kesehatan, info vaksinasi, bahkan bantuin anak-anak belajar online lewat radio karena nggak semua punya HP atau kuota.
Nggak nyangka, Ersal FM dapet penghargaan Radio Komunitas Terbaik se-Jawa Timur. Bukan karena peralatannya canggih atau penyiarnya profesional. Tapi karena dianggap paling dekat sama masyarakat.
Dari studio seadanya, sekarang Ersal FM punya ruang siaran yang lumayan layak. Penyiar kita juga sudah ada belasan orang, semua anak desa sendiri yang kita latih. Beberapa bahkan sekarang kerja di media besar, tapi tetap balik ke Ersal FM buat siaran weekend.
Yang bikin kita tetap jalan sampai sekarang bukan modal atau peralatan. Tapi karena warga desa masih percaya sama kita. Masih dengerin tiap hari. Masih kirim salam, request lagu, bahkan kadang nitip pengumuman hajatan atau ada barang hilang.
Kita pengen tetap jadi radio yang sederhana tapi bermanfaat. Nggak perlu saingan sama radio besar. Cukup jadi temen sehari-hari warga desa. Kalau pagi pengen tau info pasar, siang pengen dengerin musik sambil istirahat, sore pengen ngaji, malam pengen curhat - ya Ersal FM aja.
Sesederhana itu. Dari kampung, untuk kampung. Suara Anak Ladang, Tujuan Anak Hati.